Bravoooo...!!! Sang Penikmat Alam...!!

Bravoooo...!!! Sang Penikmat Alam...!!

Situs ini diciptakan hanya sekadar untuk mencurahkan petualangan hidup sang penulis maupun kegelisahan akan fenomena sosial yang terjadi di bumi pertiwi.....

Tuesday 20 March 2012

Pejalan Kaki di Kota Jogja

Terhanyut aku akan nostalgia, saat kita sering luangkan waktu nikmati bersama suasana Jogja. Sepotong lirik lagu dari kelompok musik Kla Project ini mengingatkan suasana kota Jogja tempo dulu yang nyaman dan sunyi seringkali dirindukan oleh setiap orang. Konon, kota jogja dulu tersohor sebagai kawasan pejalan kaki maupun kawasan sepeda onthel. Tentunya terbayang suasana udara yang segar dan tak ada polusi kendaraan bermotor. Bahkan, obrolan serangga dimalam hari seringkali terdengar kala itu.
Namun, kondisi yang demikian lambat laun mengalami perubahan. Jalanan di kota Jogja kini nampak padat oleh berbagai macam kendaraan bermotor. Hampir sepanjang hari jalan raya tak pernah sepi akan kehadiran manusia yang beraktivitas menggunakan transportasi itu. Hal tersebut terjadi seiring dengan perubahan perilaku masyarakat Jogja yang semakin tinggi tingkat mobilitasnya. Disisi lain, kemajuan teknologi transportasi juga turut serta dalam menyumbang perubahan ini.
Ditengah kepadatan lalu lintas kota Jogja, ternyata ada beberapa pihak yang berjuang menyadarkan masyarakat Jogja untuk kembali berjalan kaki. Beberapa komunitas dan lembaga di Yogyakarta Jum'at kemarin (2/3) meluncurkan program "Jogja Walk Ability City". Program ini dibuat untuk mendorong pemerintah daerah Yogyakarta menyediakan fasilitas yang nyaman bagi para pejalan kaki (KR,2/3/2012). Lantas yang menjadi pertanyaan, ketika pemerintah daerah menyediakan fasilitas yang nyaman bagi para pejalan kaki, apakah hal ini akan mengubah gaya hidup masyarakat jogja dalam bermobilitas?
Untuk itu, perlu kiranya pemerintah daerah mengetahui penyebab masyarakatnya lebih memilih bermobilitas menggunakan kendaraan bermotor daripada berjalan kaki. Faktor lingkungan bisa jadi mempunyai andil yang cukup besar dalam mempengaruhi gaya hidup masyarakat untuk menggunakan kendaraan motor. Faktor tersebut tentunya mempunyai berbagai macam bentuk, Pertama, kurangnya fasilitas trotoar yang layak dan memadai bagi para pengguna jalan kaki. Seringkali trotoar di pinggir jalan justru digunakan oleh warga lain untuk berdagang maupun sebagai tempat parkir. Kenyataan ini kemudian berakibat, para pejalan kaki tidak memiliki ruang yang aman untuk berjalan. Apabila berjalan di jalan raya, keamanan jiwa para pejalan kaki pun dapat terancam oleh para pengendara kendaraan bermotor.
Kedua, lingkungan yang kondusif untuk mendapatkan sepeda motor dengan mudah, turut mempengaruhi perilaku masyarakat kota Jogja. Tak heran, apabila sebagian besar masyarakat memilih untuk memiliki kendaraan bermotor. Alhasil, kemacetan di jalan raya pun terjadi lantaran lebar jalan tak sebanding dengan jumlah motor yang melaluinya.
Di sejumlah negara maju, jumlah pejalan kaki relatif banyak karena mereka memilih jalan kaki ke halte atau stasiun kemudian naik angkutan umum daripada mengendari kendaraan pribadi. Hal tersebut lantaran penggunaan kendaraan pribadi lebih mahal daripada menggunakan transportasi umum. Untuk itu, penekanan terhadap laju pemasukan kendaraan bermotor di kota Jogja perlu ditekan seminimal mungkin. Tanpa adanya penekanan tersebut, sulit kiranya untuk mengubah gaya hidup masyarakat Jogja supaya berjalan kaki.
Ketiga, kurangnya jumlah angkutan umum dengan harga terjangkau yang dikelola secara baik. Tak dapat dipungkiri bahwa mobilitas warga jogja semakin tinggi. Untuk itu, perlu diadakan transportasi umum yang relatif terjangkau serta mampu mengantar para pejalan kaki sampai ketujuan secara tepat waktu.
Alangkah baiknya apabila pemerintah daerah kota Jogja memperhatikan ketiga hal tersebut sebelum mengubah gaya hidup “berkendaraan motor” menjadi “berjalan kaki”. Hal ini lantaran gaya hidup merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat. Padahal,bentuk dari kebudayaan seringkali dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sosial maupun fisik. Oleh karena itu, sebelum mengubah gaya hidup yang merupakan bagian dari kebudayaan masyarakat, perlu kiranya pemerintah daerah Yogyakarta mengubah kondisi lingkungan di sekitar masyarakatnya.

No comments:

Post a Comment