Bravoooo...!!! Sang Penikmat Alam...!!

Bravoooo...!!! Sang Penikmat Alam...!!

Situs ini diciptakan hanya sekadar untuk mencurahkan petualangan hidup sang penulis maupun kegelisahan akan fenomena sosial yang terjadi di bumi pertiwi.....

Wednesday 11 January 2012

Saya Berinternet maka Saya Ada

Sebagai manusia yang hidup diera globalisasi, relasi kita dengan jaringan internet seolah tak dapat dipungkiri. Kapan pun dan dimanapun, entah itu di rumah, taman ataupun di kampus, jaringan internet selalu hadir melalui teknologi yang kita miliki. Keberadaan “makhluk” bernama internet memang sudah cukup lama hadir ditengah masyarakat global, khususnya di Indonesia. Kemunculan internet tersebut diperkirakan hadir pertama kali sekitar tahun 1990an dan hanya dikenal dengan lingkup yang terbatas. Namun, seiring perkembangan zaman, jaringan internet kian meluas hampir ke berbagai sudut wilayah di bumi pertiwi.
Keberadaan internet ditengah masyarakat Indonesia membawa perubahan tersendiri bagi kehidupannya. Salah satunya yakni timbulnya kebiasaan masyarakat Indonesia didalam mengakses jaringan internet. Kenyataan itu terutama menjangkit dikalangan kaum muda. Hal ini terbukti ketika hampir setiap hari mereka berusaha mencari akses guna menelusuri dunia maya melalui jaringan internet. Apalagi saat ini fasilitas teknologi yang mampu untuk mengakses internet kian marak dimiliki oleh kaum muda, misalnya saja telpon pintar, notebook,netbook dan lain sebagainya. Fenomena tersebut merupakan hal yang biasa dan dapat kita lihat di perguruan tinggi,misalnya aja, mahasiswa duduk berjejer di pelataran kampus dengan laptop didepannya, sambil sibuk mengoperasikannya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila kaum muda cenderung akrab dengan jaringan internet.
Jaringan internet sebagai sebuah produk teknologi informasi cenderung mampu memberikan layanan yang dapat memikat para konsumennya. Salah satu layanan yang dihasilkan internet yaitu munculnya jejaring sosial ditengah kaum muda. Sepertihalnya internet, kehadiran jejaring sosial ternyata juga disambut meriah oleh pemuda Indonesia. Kedatangan jejaring sosial dapat dikatakan popular lantaran diminati oleh sebagian besar masyarakat.
Disisi lain jejaring sosial justru menjadi trend tersendiri. Trend jejaring sosial ini semakin booming dikalangan anak muda, khususnya di Indonesia dimana hampir setiap remaja memiliki akun jejaring sosial,misalnya saja facebook ataupun twitter.
Kaum muda seolah menjadi sasaran adanya pasar jejaring sosial yang notabene produk global. Fakta tersebut senada dengan apa yang dipaparkan oleh Irwan Abdullah (2010) bahwasanya kaum muda merupakan pasar yang potensial bagi produk global. Akibatnya, saat ini kaum muda tergolong sangat mudah didalam menerima perubahan, terutama yang menyangkut kemajuan teknologi.
Jejaring sosial seolah menjadi wahana baru untuk berinteraksi antar orang, dimana didalamnya menyimpan banyak hal yang menarik. Cukup dengan berbekal komputer dan koneksi jaringan internet, seseorang sudah mampu menikmati jejaring sosial. Jarak dan ruangpun seolah bisa ditembus dengan sarana ini. Alhasil, kedatangan jejaring sosial mampu merubah perilaku masyarakat. Salah satunya yakni timbulnya kecenderungan pengguna jejaring sosial dalam menunjukkan eksistensi dirinya. Lantas, bagaimana kegiatan mengonsumsi jejaring sosial dijadikan wadah guna menunjukkan eksistensi penggunanya kedalam media jejaring sosial?
Menjangkitnya Konsumsi Jejaring sosial
Sebagai makhluk hidup yang hadir dijaman modern, manusia cenderung tidak dapat dilepaskan dari suatu relasi terkait dengan barang konsumsi. Kapanpun dan dimanapun, entah itu di jalan raya, bandara udara, stadion olahraga, bahkan di dalam rumah kita sendiri, aktivitas konsumsi akan selalu hadir sebagai sebuah solusi bagi seluruh permasalahan (Soedjatmiko,2008). Karenanya manusia akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup itu tentunya tidak dapat dilepaskan dari adanya kegiatan konsumsi. Oleh karena itu, aktivitas konsumsi akan selalu melekat dalam kehidupan manusia.
Kegiatan konsumsi sulit dipisahkan dari adanya pemakaian atas suatu barang ataupun jasa. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Raymond Williams bahwa konsumsi adalah merusak (to destroy), memakai (to use up), membuang-buang (to waste), dan menghabiskan (to exhaust) ( dalam Featherstone,2008:48). Dalam pengertian ini, konsumsi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang memakai ataupun menghabiskan nilai guna suatu barang ataupun jasa. Dengan demikian, kegiatan mengakses jejaring sosial dapat dikatakan sebagai aktivitas konsumsi. Karenanya, kegiatan tersebut berimbas pada penghabisan nilai guna suatu jasa.
Seringkali kita melihat bahwa kegiatan mengonsumsi jejaring sosial kini telah menjadi suatu kebiasaan dikalangan kelompok tertentu, terutama dikalangan kaum muda. Hal ini dapat diamati ketika sebagian besar dari mereka setiap hari meluangkan waktunya untuk mengonsumsi jejaring sosial. Entah itu hanya sekadar menengok pesan yang masuk ataupun memposting sebuah status.
Aktivitas yang demikian semakin mudah dilakukan oleh kaum muda. Apalagi kegiatan tersebut saat ini telah didukung dengan fasilitas yang cukup canggih, yakni dengan kehadiran telpon selular yang dapat digunakan untuk mengakses jaringan internet. Jejaring sosial pun kini seolah berada didalam genggaman tangan. Disisi lain, perkembangan media masa juga turut andil dalam aktivitas konsumsi jejaring sosial, yakni ketika fasilitas Facebook ataupun Twitter yang dapat diakses melalui hand phone dipertontonkan melalui iklan. Melalui iklan tersebut, para pemilik produk seolah mengindoktrinasi bahwa “kaum muda identik dengan konsumsi jejaring sosial”. Akibatnya dapat kita lihat, konsumsi jejaring sosial dikalangan kaum muda semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi informasi.
Perilaku pengguna dalam mengonsumsi jejaring sosial
Sepertihalnya yang diketahui sebagian besar orang, bahwa jejaring memberikan layanan yang murah dan mempermudah komunikasi jarak jauh. Kemudahan dalam mengakses jejaring sosial, dan fitur yang cukup lengkap menjadi keunggulan dari produk tersebut. “Status Updates” merupakan fitur yang paling digemari dikalangan pengguna jejaring sosial. Dengan “status updates” pengguna dapat mencurahkan isi hati, pikiran, dan berbagai macam cerita dalam diri masing-masing. Hal ini kemudian dapat direspon oleh temannya dengan cara mencantumkan “comment” dibawah “status update” tersebut. Mereka juga bisa mengetahui secara langsung apa yang sedang dipikirkan oleh temannya melalui status yang ditulisnya kedalam fitur News feed (facebook) atau Time Line (twitter). Alhasil, timbulah suatu komunikasi antar sesama pengguna jejaring sosial.
Selain itu, para pengguna jejaring sosial juga difasilitasi dengan fitur “upload”. Didalam fitur ini, penggunanya dapat mengunggah koleksi foto yang dimilikinya. Koleksi foto yang diunggah oleh para pengguna jejaring sosial biasanya merupakan dokumen atas kegiatan didalam kehidupan nyata. Mereka pun seolah juga dituntut untuk selalu menampilkan foto profilnya yang terbaru. Tak jarang mereka menampilkan gaya terbaiknya kedalam foto tersebut.
Konsumsi jejaring sosial sebagai wadah eksistensi diri
Apabila meliahat kenyataan diatas, kemunculan jejaring sosial ternyata tidak hanya digunakan untuk sarana komunikasi. Namun, beberapa pengguna jejaring sosial menggunakan media tersebut sebagai wadah untuk menunjukkan eksistensi dirinya. Kegiatan yang mampu menunjukkan eksistensi atas dirinya pun bisa dilakukan dalam berbagai macam bentuk.
Pertama, aktivitas menuliskan status ke dalam jejaring sosial. Dengan menuliskan status, tentunya pengguna menyadari bahwa statusnya tersebut akan dibaca oleh para pengguna yang lain yang notabene merupakan teman didalam situs jejaring sosial. Akibatnya, tak jarang para pengguna yang lain memberikan komentar ataupun sekadar memberikan tanda “menyukai” ke dalam status tersebut. Semakin banyak pengguna lain memberikan komentar ataupun tanda “menyukai” yang dicantumkan kedalam statusnya, maka si pengguna tersebut biasanya cenderung merasa keberadaan dirinya diperhatikan oleh temannya. Bahkan, tak jarang pula beberapa pengguna jejaring sosial meminta temannya untuk mengomentari atau hanya sekadar memberikan tanda “menyukai” kedalam status yang telah ditulisnya.
Kedua, adanya fitur “upload” juga turut serta memfasilitasi penggunanya untuk mewujudkan eksistensinya di dunia jejaring sosial. Melalui fitur tersebut, pengguna seringkali mengunggah beberapa foto berupa aktivitasnya didalam dunia nyata. Dengan kata lain, pengguna tersebut membuat semacam pameran foto atas kegiatannya sehari-hari. Foto yang dipamerkan itu tentunya bisa ditonton oleh teman dijejaring sosialnya. Alhasil, perilaku pengguna jejaring sosial yang acapkali mengunggah foto aktivitasnya sehari-hari seolah ingin menunjukkan ini lah “aku” . Itulah sebabnya fitur “upload” didalam jejaring sosial cenderung menjadi media untuk menunjukkan keberadaan maupun kebiasaan yang dilakukannya dikehidupan nyata.
Kesimpulan
Aktivitas mengonsumsi jejaring sosial ternyata tidak hanya sebatas digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Namun, ternyata para pengguna jejaring sosial memiliki tujuan yang secara implisit terkandung didalam perilakunya. Tujuan yang terkandung tersebut berupa penggunaan media jejaring sosial sebagai wahana untuk menunjukkan eksistensi dirinya ke dalam dunia maya, baik itu melalui ekpresi tulisan yang berupa status ataupun ekspresi unggahan foto yang dimasukkan kedalam situsnya.
Kenyataan itu dikarenakan, didalam dunia jejaring sosial tersebut, mereka mampu melontarkan maupun berbagi pendapat dengan temannya yang lain. Maka dari itu, tidaklah mengherankan apabila aktivitas mengonsumsi jejaring sosial menjadi pilihan tersendiri sebagai upaya untuk menunjukkan keberadaan atas dirinya di dunia maya. Untuk itu, respon yang diberikan temannya terhadap status yang telah ditulis mempunyai peran yang cukup penting bagi keberadaan dirinya. Hal ini lantaran tindakan mencantumkan komentar ataupun tanda “menyukai” kedalam status seseorang secara tidak langsung mengakui eksistensi daripada si pembuat status.

Sumber Referensi :
Abdullah, Irwan.2010. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Featherstone, Mike.2008.Posmodernisme dan Budaya Konsumen.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Soedjatmiko, Haryanto.2008.Saya Berbelanja maka Saya Ada.Yogyakarta:Jalasutra.